BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Sindrom Klimakterium
2.1.1 Pengertian
Sindrom berasal dari kata “Syndrom” yang berarti kumpulan gejala (Wibatsu,2010). Maka dapat diartikan: himpunan gejala atau tanda yang terjadi serentak ( muncul bersama-sama) dan menandai ketidaknormalan tertentu. Hal-hal seperti emosi atau tindakan yang biasanya secara bersama-sama membentuk pola yang diidentifikasikan (www.artikal.com).
Sedangkan klimakterium berasal dari kata “climacter” yang berarti tahun perubahan. Pergantian tahun yang berbahaya bagi wanita yang mengalami masa menopause, baik menopause dini, pre-menopause, perimenopause dan post menopause, umumnya mengalami gejala puncak (klimakterik) dan mempunyai masa transisi atau masa peralihan. Periode klimaterium ini dibut pula sebagai periode kritis yang ditandai dengan rasa terbakar (hot flush), haid tidak teratur, jantung berdebar dan nyeri saat berkemih(Proverawati,2010).
Klimsterium merupaka masa peralihn antara masa reproduksi dan masa senium. Biasanya masa ini disebut juga pra menopause antara usia 40-60 tahun, yang ditandai dengan siklus haid yang teratur, dengan perdarahan haid yang memanjang dan relative banyak (Nugroho, 2010). Sedangkan Hurlock (2002) menjelaskan bahwa masa klimakterium disebut juga masa dewasa madya, saat mulai perubahan-perubahan fisik dan psikologs yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif. Masa dewasa madya dimulai umur 40-60 tahun, yakni saat menurunnya kemampuan fisik dan psikologis yang jelas pada saat masa dewasa lanjut yang dimulai pada usia 60 tahun sampai kematian (Inuwicaksana.blog spot.com/2010). Masa klimakterium meliputi pra menopause, menopause dan pasca menopause. Pada wanita terjadi antara umur 40-65 tahun (bidan-desa.blogspot.com/2009).
Klimakterium yang terjadi pada wanita yang berumur kurang dari 40 tahun disebut klimakterium prekoks (bidan-desa.blogspot.com/2009). Sindrom klimakterium adalah kumpulan gejala vasomotorik dan psikologis yang timbul akibat menurunnya produksi estrogen ovarian (Suparman, 2002 dalam Winarsi, 2004).
Sindrom klimakterium klinis adalah keluhan-keluhan yang timbul pada masa premenopause, menopause, dan pascamenopause. Sindrom klimakterium endokrinologis adalah penurunan kadar estrogen, peningkatan kadar gonadotropin (FSH dan LH), disebut juga sebagai sindrom defisiensi estrogen (http://www.dkk-bpp.com).
Beberapa penulis menyatakan bahwa masa klimakterium adalah masa penyesuaian diri seorang wanita terhadap menurunnya produksi hormon-hormon yang dihasilkan ovarium dan dampaknya terhadap poros hipotalamus-hipofisis dan organ sasaran (bidan-desa.blogspot.com.2009).
Menurut Dwi Lestary tahun 2010, meski menopause mengandung arti akhir masa menstruasi, tetapi secara umum menopause mempunyai makna masa transisi atau peralihan dari tahun sebelum menstruasi terakhir sampai tahun sesudahnya. Dengan arti menopause merupakan suatu proses peralihan dari masa produktif menuju perlahan-lahan ke masa non produktif yang disebabkan oleh berkurangnya hormone estrogen dan progesterone.
2.1.2 Diagnosa
1. Umur dan gejala yang timbul. Apabila seorang wanita usia ± 40 tahun dan selalu terlihat dari riwayat kesehatan wanita dan gejala yang mendukungnya.
2. Terjadi penurunan kadar estrogen/estradiol dan meningkatnya kadar FSH dan LH. Yang paling mencolok peningkatannya adalah FSH. Kadar FSH yang tertinggi dapat berfungsi sebagai sinyal bahwa tubuh memasuki masa premenopause. Kadar FSH normal 3 hari nilainya 3-20 mlU/ml. Kadar FSH di atas 10-12mlU/ml menunjukkan bahwa ovarium mulai mengalami penurunan. Normal estradiol hari ke-3 kadarnya mencapai nilai 25-75 pg/ml. (FSH=10-12xLH=5-10x/estrogen rendah).
3. Kalsium, Kolesterol
Tubuh orang dewasa mengandung sekitar 1000-1300 g kalsium (kurang dari 2% berat tubuh). Kandungan normal kalsium darah adalah 9-11 mg per 100 ml darah. Sekitar 48% serum kalsium berbentuk ion dan 46% terdapat dalam senyawa protein darah. Selebihnya dalam bentuk senyawa komplek yang mudah berdifusi, seperti asam sitrat. Kalsium mengalami penurunan pada masa pre menopause sedangkan kolesterol mengalami kecenderungan meningkat pada masa pre menopause. Normal total cholesterol <200 mg/dl dan normal LDL, cholesterol>1300mg/dl.
4. Foto tulang lubang I, dilakukan untuk mengetahui gambaran osteoporosis.
5. Sitologi (Pap Smear), digunakan untuk membantu melengkapi pemeriksaan pre menopause.
6. Biopsi endometrium, dilakukan untuk mendiagnosisi masa-masa klimakterium, hal ini juga memungkinkan untuk mengetahui apakah kadar hormone yang mempengaruhi endometrium berada dalam keseimbangan. Selain itu juga untuk menemukan penyebab pendarahan abnormal berkenaan dengan uterus, untuk memeriksa pertumbuhan sel yang terlalu cepat (endometrial hyperplasia), atau untuk memeriksa kanker (Proverawati, 2010).
2.1.3 Pemeriksaan
Pemeriksaaan tahunan terhadap wanita yang sedang berada pada masa klimakterium harus mencakup hal-hal yang penting seperti:
1. Tinggi badan, wanita mungkin akan kehilangan TB sebanyak 2,5 cm atau lebih.
2. Kulit, evaluasi integritas, luka dan perubahan pada tahi lalat, mulut, gigi dan gusi.
3. Pemeriksaan panggul dengan perhatian terhadap perubahan yang menyertai proses penuaan.
4. Rectum, periksa adanya massa dan fisura-fisura.
(Bidan-desa.blogspot.com.2009).
2.1.4 Patofisiologi
Pada usia reproduksi, indung telur wanita mengandung 200.000-400.000 folikel yang berisi bahan-bahan yang diperlukan untuk membentuk sel telur. Indung telur juga menghasilkan dua jenis hormon utama, yaitu estrogen dan progesterone. Kemampuan indung telur menghasilkan folikel dan hormone menurun dengan bertambahnya usia. Menopause terjadi apabila pembentukan sel telur pada folikel berhenti. Tetapi masih memproduksi testosterone walaupun dalam jumlah kecil (bidan-desa.blogspot.com.2009).
2.1.5 Etiologi
Sebelum haid seorang wanita berhenti terjadi berbagai perubahan dan penurunan fungsi pada ovarium seperti sclerosis pembuluh darah, berkurangnya jumlah folikel dan menurunnya sintesis steroid seks yang disebabkan penurunan sekresi estrogen, sehingga terjadi gangguan umpan balik pada hipofise (Hanifa, 1999 dalam bidan-desa.blogspot.com/2009).
2.1.6 Perubahan Organ pada Masa Klimakterium
1. Perubahan pada Organ Reproduksi
a. Uterus (Rahim)
Uterus mengecil, selain disebabkan atrofi endometrium juga disebabkan oleh hilangnya cairan dan perubahan bentuk jaringan ikat interstisial. Serabut otot myometrium menebal, pembulih darah myometrium menebal dan menonjol.
b. Tuba Falopii (saluran telur)
Lipatan-lipatan tuba menjadi lebih pendek, menipis dan mengkerut, endosalpingo menipis mendatar dan silia menghilang.
c. Serviks (Mulut Rahim)
Serviks akan mengkerut sampai terselubung oleh dinding vagina, kripta servikal atropik, kanalis, servikalis memendek, sehingga menyerupai ukuran serviks fundus saat masa adolesen.
d. Vagina
Terjadinya penipisan vagina menyebabkan hilangnya rugae, berkurangnya vaskularisasi, elastisitas yang berkurang, secret vagina menjadi encer, indeks kario piknotik menurun. Keasaman vagina meningkat karena terhambatnya pertumbuhan basil Donderlein yang menyebabkan glikogen seluler meningkat, sehingga memudahkan terjadinya infeksi. Uretra ikut memendek dengan pengerutan vagina, sehingga meatus eksternal melemah menyebabkan urethritis dan pembentukan karankula.
e. Dasar Panggul
Kekuatan dan elastisitas menghilang, karena atropi dan lemahnya daya sokong disebabkan prolapses utero vaginal.
f. Perineum dan Anus
Lemak sub kutan menghilang, atropi, otot sekitarnya menghilang yang menyebabkan tonus spinker melemah dan menghilang. Seiring terjadinya inkotinensia alvi vagina.
g. Vesika Urinaria
Tampak aktivitas kendali spinker dan destrusor hilang, sehingga sering kencing tanpa sadar.
h. Kelenjar Payudara
Diserapnya lemak sub kutan, atropi jaringan parenkim, lobules, menciut, stroma jaringan ikat fibrosa menebal. Putting susu mengecil, kurang erektil, pigmentasi berkurang, sehingga payudara menjadi datar dan mengendor.
2. Perubahan di Luar Organ Reproduksi
a. Adipositas (peninbunan lemak)
Penyebaran lemak ditemukan pada tungkai atas, pinggul, perut bawah dan lengan atas. Ditemukan 29% wanita klimakterium memperlihatkan berat badan yang sedikit dan 20% kenaikan yang menyolok. Diduga ada hubungan dengan turunnya estrogen dan gangguan pertukaran zat dasar metabolisme lemak.
b. Hipertensi (tekanan darah tinggi)
Adanya gejolak panas terjadi suatu peningkatan tekanan darah baik sistol maupun diastole. Diketahui bahwa 2/3 penderita hipertensi esensial primer adalah wanita antara 45-70 tahun. Pada permulaan peningkatan tekanan darah paling banyak terjadi selama masa klimakterium. Peningkatan tekanan darah pada usia klimakterium terjadi secara bertahap, kemudian menetap dan lebih tinggi dari tekanan darah sebelumnya.
c. Hiperkolesterolemia (kolesterol tinggi)
Penurunan atau hilangnya kadar estrogen menyebabkan peningkatan kolesterol. Peningkatan kadar kolesterol pada wanita terjadi 10-15 tahun lebih lambat pada laki-laki. Peningkatan kadar kolesterol merupakan factor utama dalam penyebab arterosklerosis.
d. Aterosklerosis (perkapuran dinding pembuluh darah)
Adanya hipertensi dan meningkatnya kadar kolesterol menyebabkan peningkatan factor resiko terhadap terjadinya aterosklerosis. Sclerosis coroner primer dan infark miocard akan terjadi 1-2 kali lebih sering setelah kadar estrogen menurun.
e. Virilisasi (pertumbuhan rambut-rambut halus)
Turunnya estrogen dalam darah dan adanya efek androgen menyebabkan tanda-tanda diferensiasi dari defeminisasi dan maskulinisasi. Hal ini berhubungan dengan ovarium sendiri dalam membentuk estrogen yang bersifat androgen.
f. Osteoporosis (keropos tulang)
Dengan menurunnya kadar estrogen, maka proses osteoblast yang berfungsi dalam pembentukan tulang akan terhambat dan fungsi osteoclast dalam merusak tulang akan meningkat. Karena tulang tua diserap dan dirusak oleh osteoclast tetapi tidak dibentuk tulang menjadi osteoporosis. (Proverawati, 2010).
2.1.7 Tanda dan Gejala Klimakterium
1. Tanda-tanda Klimakterium
Pada umumnya, menopause ini diawali dengan suatu fase pendahuluan fase pre menopause (klimakterium), yang menandai suatu proses “pengakhiran” maka munculnya tanda-tanda, antaralain:
a. Menstruasi menjadi tidak lancer dan tidak teratur
b. “kotoran” haid yang keluar banyak sekali, ataupun sangat sedikit
c. Munculnya gangguan-gangguan vasomotoris berupa penyempitan atau pelebaran pada pembuluh-pembuluh darah.
d. Merasa pusing disertai sakit kepala.
e. Berkeringat tiada hentinya.
f. Neuralgin atau gangguan/sakit syaraf.
2. Gejala Sindrom Klimakterium
a. Gangguan Vasomotor
Hot flush (perasaan panas dari dada hingga wajah), wajah dan leher menjadi berkeringat. Kulit menjadi kemerahan muncul di dada dan lengan terasa panas (hot fluses) terjadi beberapa bulan atau tahun sebelum atau sesudah berhentinya menstruasi. Perasaan panas terjadi akibat peningkatan aliran darah di dalam pembuluh darah, wajah, leher, dada, dan punggung. Kulit menjadi merah dan hangat disertai dengan keringat yang berlebihan (keringat terutama pada malam hari) palpitasi dan jantung berdebar-debar. Hot flush dialami oleh sekitar 75% wanita pre menopause sampai menopause terjadi. Kebanyakan hot flush dialami selama lebih dari 1 tahun dan 25-50% wanita mengalaminya sampai lebih dari 5 tahun. Hot fush berlangsung selama 30 detik sampai 5 menit.
b. Nigh Sweat (keringat di malam hari)
Keringat dingin dan gemetaran juga dapat terjadi, selama 30 detik sampai 5 menit.
c. Dryness Vaginal (kekeringan pada vagina)
Area genetalia yang kering dan bias sebagai bahan perubahan kadar estrogen. Kekeringan ini dapat membuat area genetalia. Infeksi vagina dapat menjadi lebih umum.
d. Penurunan daya ingat dan mudah tersinggung
Penurunan kadar estrogen berpengaruh terhadap neurotransmitter yang ada di otak. Neurotransmitter yang terdapat di otak antara lain: dopamine, serotonin dan endorphin. Dopamine mempunyai fungsi untuk mempengaruhi emosi, system kekebalan tubuh dan seksual. Serotonin berfungsi untuk mempengaruhi suasana hati dan aktivitas istirahat. Sedangkan endorphin menjalankan fungsi yang berhubungan dengan ingatan dan perasaan seperti rasa nyeri dan sakit. Penurunan kadar endorphin, dopamine, dan serotonin tersebut mengakibatkan gangguan yang berupa penurunan daya ingat dan suasana hati yang sering berubah atau mudah tersinggung.
e. Insomnia (susah tidur)
Hot flush juga menyebabkan perempuan terbangun dari tidur. Selain itu kesulitan tidur dapat disebabkan karena rendahnya kadar serotonin pada masa klimakterium.
f. Gejala akibat kelainan metabolic
Meliputi kelainan metabolism lemak di hati. Penurunan kadar estrogen menyebabkan meningkatnya kadar kolesterol LDL dan menurunnya kadar kolesterol HDL.
g. Depresi (rasa cemas)
Turunnya hormone estrogen menyebabkan turunnya neurotransmitter di dalam otak. Neurotransmitter tersebut mempengaruhi suasana hati sehingga jika kadarnya rendah akan mengakibatkan munculnya perasaan cemas yang merupakan pencetus terjadinya depresi ataupun stress.
h. Fatigue (mudah lelah)
Rasa lelah sering kali muncul ketika menjelang masa premenopause karena terjadi perubahan hormonal pada wanita yaitu terutama hormonal estrogen.
i. Penurunan libido
Para peneliti melaporkan, wanita yang keinginan seksualnya berkurang selama menopause lebih banyak melaporkan gangguan tidur, keringat malam dan depresi. Menurut study yang dipublikasikan pada edisi Juni 2007, Amerika Joural of Obstetrics dan Gynecology, 341 partisipan peri dan pasca menopause melaporkan mengalami kualitas tidur jelek. Beberapa wanita mengalami penurunan gairah seks ketika menjelang pre menopause. Hal tersebut terjadi karena perubahan pada vagina, seperti kekeringan, yang membuat alat genetalia sakit dan selain itu terjadi perubahan hormonal sehingga dapat menurunkan gairah seks. Libido yang rendah mungkin disebabkan masalah psikologi, biologis, atau social atau jadi membutuhkan penyelidikan aspek-aspek untuk mengetahui penyebabnya.
j. Drypareunia (rasa sakit ketika berhubungan seksual)
Hal ini terjadi karena vagina menjadi pendek menyempit, hilang elastisitas, epetelnya tipis dan mudah trauma karena kurang lubriaksi.
k. Inkontinensia urin (besar)
Beberapa perempuan resiko lebih terhadap adanya infeksi saluran urin, masalah lain yang muncul adalah kesulitan untuk menampung air seni yang cukup lama sehingga sehingga dapat ke kamar mandi. Beberapa wanita menemukan bahwa kebocoran air seni selama latihan bersin, batuk, tertawa atau berjalan. Gejala yang disebabkan oleh Karena otropi urogenitalis yang dirasakan kering pada vagina, rasa perih keputihan, rasa panas pada vagina, selalu ingin kencing disareunia dan noturia. Insidensi inkontonentensi urin pada komunikasi wanita pasca menopause adalah 15-50%.
l. Ketidakteraturan siklus haid
Adanya gangguan siklus haid seperti polymenorrhoea, amennorrhoea dan metrorrhagia, hal ini terjadi karena kadar estrogen menurun saat pre menopause.
m. Gejala kelainan metabolism mineral
Mudah terjadi faktur pada tulang, akibat ketidakseimbangan absorpsi dan resorbsi mineral terutama kalsium. Bila hal ini berlangsung lama dapat menyebabkab osteoporosis. Selama tahun awal pre menopause, laju kehilangan masa tulang sekitar 3% pertahun.
n. Keluhan lain dapat berupa sakit kepala, rematik, sakit pinggang, sesak napas. (Proverawati, 2010).
2.1.8 Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Gejala Klimakterium
1. Faktor Psikis
Perubahan-perubahan psikologi maupun fisik ini berhubungan dengan kadar estrogen, gejala yang menonjol adalah berkurangnya tenaga dan gairah, berkurangnya konsentrasi dan kemampuan akademik, timbulnya perubahan emosi seperti mudah tersinggung, susah tidur, rasa kekurangan, rasa sepi, ketakutan, tidak sabar lagi dan lainnya. Perubahan psikis ini berbeda-beda tergantung dari kemampuan wanita tersebut untukmenyesuaikan diri. (Proverawati, 2010).
2. Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi mempengaruhi faktor fisik, kesehatan dan pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu factor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Apabila factor-faktor tersebut cukup baik, akan mengalami beban fisiologis, psikologis (Proverawati, 2010).
3. Budaya dan Lingkungan
Budaya dan lingkungan merupakan salah satu factor yang mempengaruhi pengetahuan, keyakinan dan sikap seseorang. Pengaruh budaya dan lingkungan sudah dibuktikan sangat mempengaruhi wanita untuk dapat atau tidak dapat menyesuaikan dengan fase klimakterium dini. Menurut Azwar (2010) kebudayaanlah yang menanamkan garis pengarah sikap individu terhadap masalah. Pembentukan sikap tergantung pada kebudayaan tempat individu tersebut dibesarkan.
4. Factor lain
Wanita yang belum menikah, wanita karier, baik yang sudah atau belum berumah tangga,menarch (menstruasi pertama) yang terlambat berpengaruh terhadap keluhan-keluhan klimakterium yang ringan (Proverawati, 2010).
2.1.9 Dampak Terjadinya Sindrom Klimakterium
1. Masalah Fisik
Dengan bertambahnya usia, kemampuan tubuh untuk memperoleh lemak berkurang dan lemak membutuhkan waktu yang cukup lama untuk masuk dalam darah. Akibatnya pada masa pre menopause wanita beresiko kelebihan berat badan yang bias berujung pada penyakit jantung coroner dan penyempitan pembuluh darah, resiko penyakit lainnya adalah:
a. Resiko kanker payudara
Salah satu factor penyebab terjadinya kanker payudara adalah peningkatan konsumsi lemak. Pada penelitian yang dimuat di jurnal American Medikal Association edisi Juli 2006, ditemukan wanita yang mengalami tambahan BB 10 kg atau lebih pasca menopause menghadapi peningkatan resiko kanker payudara sebanyak 18% sementara wanita yang mengalami kenaikan BB 27 kg sejak usia 18 tahun sampai masa pre menopause menghadapi peningkatan resiko kanker payudara hinga 45%.
b. Resiko kanker leher Rahim (serviks)
c. Resiko kanker Rahim
d. Insomnia (terganggu pada pola tidur)
e. Resiko osteoporosis
f. Resiko penyakit jantung dan pembuluh darah
2. Masalah Psikis
Beberapa penelitian telah dibuktikan bahwa tekanan psikis yang timbul dari nilai social mengenai wanita menopause memberikan kontribusi terhadap gejala fisik selama periode pre dan pasca menopause. Gejala fisik yang dirasakan dapat memicu munculnya masalah psikis perasaan yang biasa muncul pada fse ini antara lain rapuh, sedih, dan tertekan. Akibat wanita pada masa pre menopause menjadi depresi tidak konsentrasi bekerja dan mudah tersinggung. Namun dalam masyarakat Bugis fase menopause ini dinilai sebagai sesuatu yang positif karena wanita menopause merasa tubuhnya lebih bersih dan dapat menjalankan ibadah dengan penuh. (Proverawati, 2010).
2.1.10 Pencegahan Sindrom Klimakterium
1. Pengaturan makanan
a. Menghindari kopi, alkohol dan makanan pedas karena dapat menyebabkan efek yang akan mengganggu kesehatan dan meningkatkan sindrom klimakterium.
b. Tidak merokok karena merokok dapat mempercepat terjadinya sindrom klimakterium
c. Makan makanan rendah lemak dan kacang-kacangan (kedelai, kacang buncis dan jenis golongan lainnya).
d. Konsumsi Isoflavon
Yaitu diet dari tumbuh-tumbuhan terutama yang sumber utamanya kedelai, karena dapat mencegah osteoporosis. Selain itu, kasiat Isoflavon bermacam-macam misalnya kardiopretektif juga dapat digunakan untuk mencegah dan menurunkan resiko terjadinya kanker payudara.
2. Suplemen makanan
a. Pemenuhan kebutuhan kalsium sebanyak 1200-1500 mg setiap harinya.
b. Kebutuhan vitamin D sebanyak 800 mg.
c. Vitamin E, banyak terdapat pada sayuran hijau, buah-buahan, minyak nabati (minyak biji gandum, kedelai dan minyak jagung).
3. Teknik relaksasi
Relaksasi merupakan salah satu cara yang dilakukan sendiri oleh individu untuk mengurangi stress, kekalutan emosi, dan bahkan dapat mereduksi berbagai gangguan-gangguan fisiologis dalam tubuh. Ketika beratnya stressor yang dihadapi, teknik relaksasi dapat dilakukan sendiri untuk memeberikan ketenangan, relaksasi lebih memberikan dampak positif dibandingkan menangis, salah satu cara umum (alami) yang dilakukan orang ketika sedang menghadapi situasi tertekan.
4. Olahraga
Olahraga teratur minimal 30 menit dalam sehari. Olahraga mempunyai berbagai manfaat. Olahragra dapat mengurangi berbagai keluhan pada saat sindrom pre menopause terjadi rasa percaya diri serta energy dapat ditingkatkan dengan berolahraga. Olahraga teratur juga dapat membantu mencegah sakit punggung bagian bawah (low back pain). Hanya 30 menit, tiga sampai lima kali seminggu waktu yang diperlukan untuk meningkatkan kesehatan dengan berolahraga.
5. Aktivitas seksual
a. Aktivitas seksual tetap dilakukan
b. Gunakan air hangat
c. Senam untuk menguatkan otot panggul (kagel)
6. Cek kesehatan (medical chek-up secara teratur). (Proverawati, 2010).
7. Melakukan hobi yang menyenangkan dapat mengusir kebosanan.
8. Tetaplah bekerja dan usahakan dapat memberikan manfaat bagi orang lain, datangnya menopause tidak perlu dipandang sebagai penderitaan.
9. Berfikirlah bahwa menopause itu merupakan suatu hal yang wajar terjadi.
10. Terlibat dalam aktvitas keagamaan, social dengan memberikan apa yang dimiliki pada orang lain, akan dapat mengurangi perasaaan negative yang mungkin muncul. (lestary, 2010).
2.1.11 Terapi untuk Menangani Sindrom Klimakterium
1. Terapi hormone pengganti terapi sulih hormone
a. Tujuan terapi sulih hormone
Pada tahap pre menopause penambahan hormone estrogen, dapat bermanfaat bagi kesehatan kaum wanita. Sebelum menjalani terapi hormone estrogen wanita harus menjalani terlebih dahulu pemeriksaan terhadap rahim, kelenjer payudara, darah, air seni, fungsi hati dan ginjal, lemah darah, gula darah dan disfungsi pengentalan darah, dengan demikian baru dapat diperoleh pengobatan yang aman dan efektif. TSH untuk meringankan gejala yang menyertai sindrom pre menopause, mencegah osteoporosis serta menjaga kestabilan badan.
b. Jenis-jenis Hormon Pengganti
Ada beberapa macam jenis TSH/HRT (Hormon Replacement Therapy) yaitu dengan estrogen saja, serta dengan kombinasi estrogen dan progesterone. HRT dengan kombinasi progesteron merupakan pilihan yang efektif untuk mengatasi gejala pre menopause.
c. Stretegi terapi
Strategi jangka pendek dilakukan untuk tujuan simtomatik,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar